Kerangka Dasar APP 2012

Kerangka Dasar APP 2012

Mewujudkan Hidup Sejahtera:

Panggilan Hidup dan Tanggung Jawab

Pengantar

“Pemberdayaan Kesejatian Hidup” adalah tema utama gerakan APP Nasional 2007 – 2011. Tema itu sudah menjadi pusat perenungan umat beriman Katolik di tengah masyarakat. Perenungannya mudah-mudahan telah menumbuhkan semangat pembaruan diri dalam konteks solidaritas Kristiani menuju pemberdayaan kesejatian hidup dalam masyarakat.

Perutusan pemberdayaan itu adalah membangun dan memelihara gerakan persaudaraan sejati di dalam keluarga maupun di dalam masyarakat; menggerakkan dan membangkitkan jaringan kerjasama  untuk memperbaiki lingkungan hidup yang rusak; gerakan pertanian (termasuk peternakan dan perikanan) terpadu yang  berwawasan lingkungan; tata kelola keuangan mikro; membangun hubungan antar umat  beragama serta perwujudan diri dalam kesejahteraan.

Tujuan dan sasaran tema APP 2012

Proses perwujudan diri dalam kesejahteraan berlangsung terus menerus. Karena itu APP Nasional 2012 – 2016 melanjutkannya dengan tema ”Mewujudkan Hidup Sejahtera”. Tema tersebut dijabarkan ke dalam tema lima tahunan. Tema tahun 2012 ialah ”Panggilan Hidup dan Tanggungjawab”. Tujuan dari tema tersebut: umat beriman Katolik sadar bahwa persatuan dirinya dengan Tuhan dan sesama serta seluruh ciptaan-Nya merupakan panggilan hidup dan tanggungjawab sebagai mitra kerja Allah dalam menciptakan dan memperjuangkan hidup ini.

Hasil sasaran yang ingin dicapai melalui tema ini adalah:

  1. Tumbuh dan berkembangnya semangat persatuan antar umat katolik di dalam Komunitas Basis Gerejawi dan antar Komunitas Basis Gerejawi di dalam Gereja setempat demi membangun kesejahteraan bersama.
  2. Meningkatnya semangat rela berbagi dalam memajukan hidup diri sendiri, keluarga, KBG, dan lingkungan sosial setempat melalui langkah-langkah nyata yang sesuai dengan sumber daya setempat.
  3. Meningkatnya kepekaan umat beriman Katolik akan undangan Tuhan untuk berpartisipasi dalam karya penciptaan demi kemajuan sejahtera bersama.
  4. Meningkatnya dan berkembangnya sistem kerjasama dalam gerakan kesejahteraan bersama sebagai ungkapan tanggungjawab bersama.
Latar Belakang

Perjuangan untuk mewujudkan hidup sejahtera merupakan panggilan hidup dan tanggungjawab setiap pribadi manusia bersama lingkungan hidup setempat. Hidup sejahtera yang diperjuangkan bukan hanya merupakan pemenuhan kebutuhan hidup harian secara lahiriah tetapi terutama penataan hidup batin, sumber kekuatan dan semangat yang diterangi Roh Kudus. Menurut Paus Paulus VI cara perjuangan hidup lahir dan batin merupakan upaya pengembangan hidup yang menyeluruh.

Perjuangan hidup sejahtera dalam perjalanan hidup setiap pribadi manusia, khususnya mereka yang rentan sosial ekonominya, menghadapi banyak tantangan dan kendala dalam proses perwujudannya. Kendala dan tantangan dewasa ini antara lain: ketidak-mampuan dalam mencermati dan memahami arti serta makna hidup sejahtera yang benar; ketidak-mampuan dalam menanggapi dengan cerdas pengaruh konsumerisme, khususnya iklan media cetak serta elektronik; ketidak-mampuan dalam memisahkan antara pemenuhan keinginan dan kebutuhan hidup sekarang ini dan besok; ketidak-mampuan dalam melihat dan menangkap peluang untuk membangun dan menghayati hidup sejahtera dalam keadilan dan kebenaran; ketidak-mampuan masyarakat pedesaan dan pinggiran kota akibat infrastruktur fisik dan sosial terbatas; kepemimpinan publik (sipil, sosial dan gerejawi) kurang mengarus-utamakan kepentingan masyarakat; kesenjangan sosial ekonomi yang tercipta karena ketidak-adilan, dsb.

Kendala dan tantangan perjuangan hidup sejahtera bukan hanya menjadi tanggungjawab orang per orang, tetapi menjadi tanggungjawab bersama seluruh lapisan masyarakat. Khususnya bagi umat beriman Katolik, realitas hidup ini adalah panggilan hidup dengan tanggungjawab bersama. Gambaran akan tanggungjawab bersekutu diungkapkan secara jelas oleh Santo Paulus bahwa Gereja adalah Tubuh Kristus, (lih. 1 Kor 12: 27). Bila salah satu anggota tubuh sakit maka sakitlah seluruh tubuh. Gereja sebagai satu tubuh dipanggil dan diutus untuk melibatkan diri dalam mengatasi berbagai keprihatinan sosial dan membuat rakyat kebanyakan (kaum lemah, miskin, tersingkir dan difabel) tidak bisa merasakan hidup sejahtera.

Dalam menanggapi panggilan dan perutusannya, persekutuan gerejawi Katolik mengingat kembali suara kenabian dan tindakan nyata melalui para Bapa Gereja: St. Yohanes Krisostomus menyampaikan suaranya – bahwa kekayaan menjadi milik beberapa orang agar mereka bisa memperoleh rahmat dengan membagi-bagikannya kepada orang miskin. Kekayaan adalah harta yang berasal dari Allah dan harus dipergunakan dan disebarluaskan agar orang-orang yang berkekurangan pun boleh menikmatinya. Demikian juga para gembala Gereja melalui ajarannya menyampaikan pesan bahwa pelayanan kasih sebagai wujud berbagi adalah sekaligus pelayanan rohani manusiawi karena pelayanan kasih itu merupakan kuasa rohani yang menjalankan tanggungjawab mendasar Gereja yang adalah wujud kasih akan sesama (Deus Caritas Est no.21). Kasih akan diri sendiri, keluarga, komunitas, masyarakat serta lingkungan hidup, mempunyai tujuan untuk memperbaiki diri, keluarga, komunitas, masyarakat dan lingkungan hidup serta mengambil langkah-langkah konkrit untuk mewujudkannya demi hidup sejahtera bersama (bdk. Caritas in Veritate no.7 dan no. 13).

Mendengarkan Sabda Tuhan


Upaya perjuangan hidup sejahtera merupakan panggilan dan tanggungjawab setiap orang pada umumnya dan secara khusus umat beriman Katolik. Dalam Kitab Kejadian bab satu kita temukan bahwa Allah Bapa telah menciptakan dunia. Karya Allah belum selesai dan mengundang kita untuk berpartisipasi dalam karya penciptaan-Nya. Dia bersabda: beranak cucu dan bertambah banyak untuk menguasai bumi. Kej. 2:15 bahkan memperjelas titah Kitab Suci tentang tanggungjawab selanjutnya: ”TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu”. Allah mengundang kita untuk berpartisipasi, bekerja, memelihara, melanjutkan dan menyempurnakan karya penciptaan-Nya. Karya manusia adalah suci karena manusia adalah gambaran hidup Allah yang mahasuci.

Kristus, Putera Allah yang tunggal juga memberikan dorongan kepada umat beriman Katolik bukan hanya melalui Sabda dan pengajaran-Nya tetapi juga dengan memberi teladan melakukan kerja dengan tangan-Nya, baik sebagai tukang kayu maupun dalam tugas perutusan-Nya. Yesus berusaha memberikan teladan bagaimana memenuhi kebutuhan sesama. (Dia berdoa, berpuasa, bermatiraga dan juga berbuat baik dengan tangan-Nya untuk menolong sesama: penggandaan roti, penangkapan ikan). Cara hidup Yesus demikian menjiwai Santo Paulus, sehingga dia berani mengatakan dengan keras: ”…. jika seorang tidak mau bekerja janganlah ia makan” (2Tes 3:10).

Keyakinan kita adalah bahwa Yesus wafat untuk kita dan bangkit dari mati. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus membebaskan kita dari kematian dan dosa. Dalam Injil Lukas 4:18 Dia bersabda ”Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan”. Dalam Injil Yohanes 18:37, Yesus menegaskan bahwa kesaksian hidup-Nya membuat banyak orang percaya kepada-Nya: ”Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu memerdekakan kamu”.

Kita sebagai umat beriman Katolik harus mengikuti Kristus melalui pembebasan diri dan membantu membebaskan sesama dari segala hal yang menyesakkan menuju kemerdekaan. Dorongan ini membuat kita bersemangat dalam melakukan pendidikan dan pelatihan yang membuat orang lain bisa menyadari hakekat keberadaan dirinya dan bersama sesamanya. Mereka sadar akan pentingnya memperjuangkan keadilan dalam hidup mereka sendiri, keluarga dan komunitas, sehingga mereka akan dibebaskan dari tekanan, pengaruh-pengaruh jelek, kekuatiran dan ketakutan.

Semangat yang mendorong kita berasal dari Roh Kudus. Roh Kudus yang telah dikirim oleh Kristus kepada dunia. Roh Kudus memberikan kepada kita ketujuh karunia-Nya: hikmat, pengetahuan, iman, penyembuhan, mengadakan mujizat, bernubuat dan membedakan roh (Bdk.1Kor 12:1-11). Roh Kudus itu berkarya dalam diri kita, bila kita menyadari dan menghayati panggilan kita serta melaksanakan tanggungjawab kita dengan baik dan benar.

Panggilan dan tanggungjawab hidup ini adalah anugerah pembaptisan. Melalui pembaptisan kita menjadi anggota keluarga Allah, bahkan menjadi murid-murid Kristus. Layaknya dalam keluarga, setiap orang diharapkan memberikan partisipasi dan sumbangsih dalam menciptakan hidup sejahtera. Demikian juga dalam keluarga Allah, Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus melibatkan diri dalam karya perjuangan hidup sejahtera manusia.

Dalam karya perjuangan hidup sejahtera, kita disemangati oleh sabda Yesus yang berbunyi: ”Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” (Luk 4:18-19). Yohanes Pembaptis juga telah menanyakan kebenaran ini dengan mengutus para muridnya menemui Yesus dan bertanya kepada-Nya, ”Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?” (Luk 7:19). Sangat menarik jawaban Yesus tentang hal ini: ”Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.”(Luk 7:22).

Sebagai pengikut Kristus, kita harus mengetahui tentang kehendak Allah, kita harus mempunyai iman dalam Dia, kita harus jujur dan rendah hati kepada Dia dan juga melakukan kehendak-Nya. Melakukan kehendak-Nya berarti kita harus mencintai diri kita dan sesama, dan melakukan tindakan nyata untuk hidup sejahtera bersama ini. Dalam hal ini St Yakobus (Yak 2:17) menyampaikan keyakinan: ”Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati”.


Pembaharuan dan pertobatan hidup

Menyadari realitas hidup seperti yang terungkap dalam latar belakang permasalahan, panggilan dan tanggungjawab kita sebagai murid-murid Tuhan dan juga anggota keluarga Allah perlu merefleksikan cara hidup kita. Keprihatinan hidup yang menimpa hidup kita bersama bukan hanya semata-mata mau menyalahkan orang lain tetapi untuk menata kembali cara hidup bersama. Penataan tersebut digerakkan oleh Sabda Tuhan yang kita renungkan dalam penghayatan iman kita.

Kita menata kehidupan yang lebih baik agar terjadi perubahan. Secara pribadi dan bersama-sama kita dapat menempuh jalan melalui pendidikan, seminar, pelatihan dan bina diri dan bina masyarakat yang memerlukan. Kita sering melakukan pengobatan gratis (misalnya) kepada warga masyarakat yang kurang mampu memelihara kesehatan. Usaha ini bukan hanya memperlihatkan jenis penyakit dan pengobatan yang tepat, tetapi lebih penting perhatian kita sebagai sesama, termasuk juga usaha pencegahan dengan pemenuhan gizi yang cukup dan pengadaan sanitasi yang memadai.

Di atas dikatakan tentang pentingnya pendidikan dan pelatihan kepada umat bersama masyarakat bukan hanya dalam bidang penyadaran kedisiplinan ritualistik, seperti rajin pergi ke Gereja, berdoa, membaca Kitab Suci dan menyanyikan madah pujian. Kita juga harus melakukan tindakan praktis. Iman kita harus aktif, dan terbuka membantu komunitas menuju kemandirian hidup. Kita yakin Allah mempercayakan tanggungjawab untuk menyempurnakan karya penciptaan. Dia mengundang kita untuk berpartisipasi aktif, kritis dan berprakarsa dalam karya-Nya. Kita sebagai umat beriman Katolik mudah-mudahan mampu menjawab undangan-Nya.

Seperti Yesus sendiri telah bekerja dengan tangan-Nya dalam bidang pertukangan, kerja tangan merupakan hal yang bisa memberikan kita kebanggaan, kebahagiaan dan kepuasan diri dengan melihat hasilnya.

Yesus membebaskan kita dengan ketaatan-Nya sampai wafat di atas kayu salib dan dengan kebangkitan dari alam maut. Kita harus mengikuti teladan-Nya dan berusaha sepenuh hati untuk membebaskan diri dan sesama dengan cara menjadi lebih sadar akan hak, kewajiban dan tanggungjawab kita dalam komunitas guna memenuhi panggilan perutusan kita. Inilah wujud nyata pertobatan dan pembaruan diri kita.


Misi Tema APP 2012 : perutusan bersama


Melakukan penyadaran: pendidikan dan pelatihan bersama melalui seminar, rekoleksi, dan temu komunitas perlu dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran diri sebagai putra-putri Allah. Kita semua diundang untuk berpartisipasi dan memberi sumbangsih dalam karya penciptaan guna memenuhi hidup sejahtera.

Melakukan pembaruan komitmen: penyadaran yang dilakukan akan menumbuhkan pembaruan cara hidup yang mendalam di dalam membangun dan mengembangkan iman yang terungkap dalam perbuatan baik.

Melakukan pembaruan bersama: kesadaran bahwa setiap orang beriman Katolik adalah anggota keluarga Allah dan juga anggota tubuh Kristus yang satu dan yang hidup. Dalam menyikapi cara hidup dalam kebersamaan, umat beriman perlu menghayati perutusan solidaritas kristiani. Kesediaan membangun kebersamaan sejahtera akan mewujudkan cita-cita Kristus untuk selalu hidup dalam persekutuan dan persaudaraan.

Melakukan pembangunan dan pengembangan kerjasama dan jejaring: kesadaran akan realitas hidup manusia dari awal yang tidak sendirian tetapi bersama dengan orang lain (pasangan hidup, anak-anak, saudari-saudara, sesama, seluruh alam ciptaan Tuhan). Oleh karena itu, undangan Tuhan untuk membangun kerjasama dengan semua pihak dan bahkan alam, perlu ditanggapi dengan rasa syukur.

Melakukan penataan dan pemajuan wadah kerjasama: kesadaran akan Sabda Tuhan bahwa ”dua atau tiga orang berkumpul atas nama-Ku, maka Aku hadir di tengah-tengah mereka”….. yang telah terungkap dalam hidup persekutuan (Keuskupan, Paroki, Stasi, Wilayah, Lingkungan, KBG) masih terus menerus perlu ditata secara integratif antara hidup rohani dan jasmani. Cara hidup KBG tidak hanya memperhatikan disiplin datang ke gereja, berdoa, membaca Kitab Suci dan menyanyikan pujian, tetapi juga menata dan memajukan kemampuan dan keterampilan hidup sosial ekonomi. Dengan demikian, tanggungjawab sejahtera bersama mampu mewujudkan persekutuan hidup yang berkenan kepada Tuhan.


Penutup

Panggilan hidup dan tanggungjawab setiap umat beriman Katolik dalam kebersamaan seluruh alam ciptaan bertujuan untuk menata dan mengem-bangkan karya ciptaan Tuhan demi kesejahteraan hidup bersama. Hidup sejahtera bukan hanya semata-mata terpenuhinya kebutuhan hidup manusia (pangan, sandang, dan papan). Sebagai ”citra” Allah, umat beriman menerima mandat untuk memperhatikan keutuhan dan kelestarian alam yang berkesinambungan. Partisipasi dalam menata kembali cara hidup kita dan lingkungan alam merupakan panggilan Tuhan untuk menghadirkan karya keselamatan Allah, yaitu rencana cinta kasih.

Undangan Allah akan partisipasi dalam karya penciptaan yang menyelamatkan, adalah kewajiban religius setiap umat beriman Katolik yang terhimpun sebagai anggota Tubuh Kristus dan keluarga Allah. Partisipasi ini tidak berhenti pada ruang dan waktu tertentu, tetapi berkelanjutan sampai pada akhir zaman. Keteladanan hidup bersama yang mengungkapkan Tubuh Kristus dan keluarga Allah, nampak dalam cara hidup Gereja Perdana sebagaimana dilukiskan dalam Kis 2:41-47: mereka bertekun dalam pengajaran para rasul, hidup dalam persekutuan, mereka merayakan ibadat dan Ekaristi, mereka berbagi harta milik untuk keperluan setiap orang, dan memberikan kesaksian kepada banyak orang.

Kehidupan bersama yang mendatangkan rahmat keselamatan bukan hanya melalui kedisiplinan dalam rajin pergi ke Gereja, berdoa, membaca Kitab Suci dan menyanyikan madah pujian, tetapi juga terutama melalui perbuatan-perbuatan kasih yang mendatangkan kebaikan bagi sesama. Anugerah kepemilikan dari setiap orang selalu diperuntukan bagi semua orang. Tujuan universal dari barang-barang duniawi yang diperoleh melalui kegiatan manusia adalah demi kebaikan dan kesejahteraan bersama.

Cara hidup komunitas Gereja Perdana tetap menjadi gambaran bagi Komunitas Basis Gerejawi (KBG) dan Gereja Rumah-Tangga dewasa ini bukan karena keterikatan hubungan darah, tetapi karena persekutuan di dalam Kristus yang bangkit. Gereja Rumah-Tangga berbagi pengalaman hidup batin dan hidup nyata. Hidup batin yang ditata kelola melalui hidup Sabda dan perayaan Ekaristi membawa mereka semakin mengenal kehendak Allah. Mereka berupaya bersama untuk mengelola hidup sehari-hari dalam menunjang pemenuhan kebutuhan hidup. Dalam KBG, umat beriman memerlukan dukungan dan kerjasama satu sama lain, sehingga mereka semakin berkenan kepada Allah dan sesama.

Pembinaan diri dalam keluarga dan komunitas, misalnya melalui pengaturan ekonomi rumahtangga, memberikan daya bersama untuk berpartisipasi dalam karya penciptaan Allah di dalam lingkup masyarakat. Pembinaan diri dalam kebersamaan mengacu pada keteladanan Yesus yang setelah bekerja sepanjang waktu, dan bahkan tak ada waktu beristirahat, selalu mengajak para murid untuk pergi ke tempat tertentu untuk berdoa kepada Allah Bapa. Yesus mendoakan perjalanan karya-Nya dan memohon kelimpahan rahmat-Nya, sehingga Dia tetap mampu melakukan kehendak-Nya.

Kiranya refleksi dari almarhum Uskup Agung Oscar Romero di bawah ini, pantas kita renungkan sebagai pencerahan atas panggilan hidup dan tanggungjawab kita. Oscar Romero, Uskup Agung, Keuskupan Agung El Salvador (1917-1980). Dia telah dibunuh oleh militer, karena iman, kedermawanan dan keberanian sebagai ”The Voice of Voiceless”. Dia telah mati, tetapi di El Salvador dan seluruh Amerika Latin, ia hidup di dalam hati orang-orang, karena dia sungguh berani melawan ketidak-adilan, kekerasan dan pelanggaran hak azasi manusia. Dia adalah contoh yang patut diteladani. Dua minggu sebelum kematian, Uskup mengatakan: “Menjadi martir adalah karunia Allah yang saya rasa saya belum mendapatkannya. Tapi bila Tuhan berkenan menerima persembahan hidupku, maka darahku akan menjadi benih kebebasan, dan tanda datangnya harapan akan kenyataan. Seorang Uskup akan mati, tapi Gereja Tuhan, yaitu umatNya, tidak akan pernah mati.”

 

 

KITA ADALAH PEKERJA

Ada manfaat bila sesewaktu kita mundur sedikit
dan mencoba melihat jauh ke depan.
Kerajaan Allah tidak saja di luar jangkauan usaha kita,
bahkan di luar jangkauan visi kita.

Sepanjang hidup, kita hanya mencapai setitik kecil
dari upaya luar biasa yang disebut karya Allah.
Tak satupun yang kita buat itu lengkap,
dengan kata lain Kerajaan Allah selalu berada di luar jangkauan kita.
Tak ada pernyataan dapat menjelaskan semuanya yang perlu dikatakan.
Tak ada doa yang dapat menyatakan iman kita secara penuh.
Tak ada pengakuan dosa yang membawa kesempurnaan,
tak ada kunjungan pastoral yang membawa keutuhan.
Tak ada program yang menyelesaikan misi Gereja,
tak ada tatanan tujuan dan sasaran yang meliputi segala sesuatu.

Itulah hakekat kita.
Kita menanam biji yang suatu hari akan tumbuh.
Kita menyirami biji yang sudah ditanam,
memahami bahwa ada janji masa depan yang dikandungnya.
Kita meletakkan landasan yang membutuhkan pengembangan selanjutnya.
Kita menaburkan ragi yang memberikan dampak,
jauh di luar jangkauan kemampuan kita.

Kita tak dapat melakukan segala sesuatu,
dan ada perasaan yang memerdekakan kala kita memahaminya.
Hal itu memampukan kita melakukan sesuatu,
dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.
Mungkin tidak lengkap, namun itulah suatu awal,
sebuah langkah sepanjang perjalanan,
suatu peluang supaya rahmat Allah bisa merasuk,
dan melakukan selebihnya.
Kita mungkin tak akan melihat hasil akhirnya,
tetapi itulah perbedaan antara
Pencipta dan pekerja.

Kita adalah pekerja, bukan Pencipta,
pelayan bukan Mesias.
Kita adalah nabi dari suatu masa depan yang bukan milik kita.

Selamat menjalani masa puasa 2012.

 

Loading

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *